AGAMA

Pembahasan Kitab Matan Safinatun Najah: Tentang Air dan Hukum Najis

×

Pembahasan Kitab Matan Safinatun Najah: Tentang Air dan Hukum Najis

Sebarkan artikel ini

فصل ) الماء قليل وكثير : القليل مادون القلتين ، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع
النجاسة فيه وإن لم يتغير . والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغيرطعمه أو لونه أو ريحه

[Fasal] Air terbagi menjadi 2, air sedikit dan air banyak ;
1). Air sedikit adalah air yang kurang dari kulah.
2). Air banyak adalah air yang mencapai 2 kulah atau lebih.
Air sedikit jika terkena najid maka dihukum air mutanajis walaupun tidak berubah. Sedangkan air banyak, jika kejatuhannajis tidak dihukumi air mutanajis kecuali bila berubah rasa, warna dan baunya. Penyusun dan Penterjemah; Ats-Tsauriy dan Imam Nawawi.

Dalam pembahasan tentang air dan hukum najis dalam fiqih Islam, terdapat dua kategori utama berdasarkan volume air: Air sedikit dan air banyak. Penjelasan ini berdasarkan teks dari kitab “Matan Safinatun Najah” karya Asy-Syaikh Salim bin Samiyr Al-Hadlramiy, yang bermazhab Syafi’i.

Pembagian Air

1. Air Sedikit:

Definisi: Air yang jumlahnya kurang dari dua kulah. Dalam satuan ukuran, dua kulah setara dengan sekitar 270 liter.

Hukum Najis: Jika air sedikit terkena najis, maka air tersebut dianggap sebagai air mutanajis (air yang terkena najis), meskipun tidak ada perubahan pada rasa, warna, atau bau air tersebut. Ini berarti bahwa air sedikit yang terkontaminasi najis menjadi tidak suci dan tidak dapat digunakan untuk bersuci.

2. Air Banyak:

Definisi: Air yang jumlahnya mencapai dua kulah atau lebih (270 liter atau lebih).

Para ulama kontemporer muslim mencoba mengukurnya dengan satuan ukur air yang digunakan di zaman sekarang. Dalam Kitab Al Fiqhul Islami wa Adilatuhu karangan Dr. Wahbah Az Zuhaili, 2 qullah setara dengan 270 liter.

Rais Syuriyah PBNU KH Afifuddin Muhajir dalam syarah Taqrib-nya menyebut air dua kulah setara dengan 270 liter. Kiai Afif mendapatkan angka ini dari Kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh karya Syekh Wahbah Az-Zuhayli.

Hukum Najis: Air banyak hanya dianggap mutanajis jika terjadi perubahan pada salah satu dari tiga sifat air-rasa, warna, atau bau-sebagai akibat dari terkena najis.

Jika air banyak terkena najis namun tidak mengalami perubahan tersebut, maka air tersebut tetap dianggap suci.
Penjelasan ini menunjukkan perbedaan penting dalam hukum najis untuk air berdasarkan volume.

Air sedikit lebih rentan terhadap kontaminasi dan langsung dihukum mutanajis apabila terkena najis. Sebaliknya, air banyak memerlukan perubahan pada sifatnya untuk dianggap sebagai air mutanajis. Prinsip ini mencerminkan pendekatan dalam fiqih Islam terhadap penanganan air untuk memastikan kesucian dalam praktik ibadah.

(#)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »