Oleh Dr. Attock Suharto
Sesaat sebelum Ketua Umum Majelis Permusyawatan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (Sekarang Universitas Islam Negeri) (MPM UIN) Alauddin membuka Sidang Umum MPM Tahun 2001 untuk Agenda Sidang Pertanggung Jawaban Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Alauddin Periode 1999 – 2001, selaku Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa yang sekaligus Presiden Mahasiswa, Saya sempatkan bertanya kepada dua sahabat, kawan seperjuangan saya di Pemerintahan Mahasiswa itu, yaitu Saudara Abd. Hamid Ishak Daeng Nakku (Sekretais Jenderal DEMA) dan Saudari Ernawati Murtala (Bendahara Umum DEMA), kedua administrator (sekretariat dan kebedaharaan) DEMA itu tentu saya tanya persiapannya menghadapi SU MPM.
“Oya, bagaimana persiapan LPJ keuanganmu?” Tanyaku setengah berbisik kepadanya.
“Siap pak ketua, ini sudah jilid rekapannya semua” Jawab Oya sambil mengangkat satu bundel arsip keuangan.
Mendengar dan melihat jawaban sang bendahara itu, saya kaget, kok bisa setipis itu pertanggungjawabannya, padahal kita mengelola anggaran ratusan juta saat itu.
“Kok tipis begitu bu bendum, mana semua lampiran pengeluarannya?” Kataku lagi.
“Pak ketua, ini semua lampirannya, banyak sekali pak ketua kalo mau ditempel di kertas satu-satu, jadi saya satukan saja di tempat ini” jawabnya sambil mengangkat sebuah amplop coklat ukuran jumbo yang berisi nota dan kwitansi pengeluaran keuangannya.
“Alhamdulillah, terima kasih dinda” ucapku singkat.
Percakapan singkat itu, tentu hanyalah salah satu anasir terkecil dari sederet cerita perkawanan saya dengan Ernawati Murtala yang lebih sering dipanggil Oya itu, baik selama menjadi mahasiswa, maupun selama dia mendampingi saya di kepengurusan DEMA UIN Alauddin Makassar selama dua tahun.
Pribadi Yang Ramah
Oya, bagi saya adalah bukan sekedar kawan seperjuangan di sebuah organisasi mahasiswa di kampus, tapi dia juga adalah sahabat yang sangat baik hati dan ramah. Pribadinya yang supel itu sehingga dia mudah berkawan dengan siapa saja.
Dia berkawan tidak terbatas pada teman angkatannya, apalagi hanya teman pesantrennya, tapi dia berkawan lintas angkatan, karenanya dia bisa menembus kepengurusan DEMA saat itu, meskipun jarak angkatan saya dengannya terpaut dua tahun (saya Angkatan 1995 dan Oya Angkatan 1997).
Barisan Pejuang
Kawanan Oya yang mayoritas alumni Pondok Pesantren Ummul Mukminin itu menjadi “entitas politik” tersendiri yang berhasil kami ajak dalam barisan para pejuang di partai politik mahasiswa yang saya pimpin, yaitu Partai Uni Mahasiswa Alauddin atau PUMA untuk menghadapi pemilihan mahasiswa (pemilma) UIN Alauddin pada 1999 silam. Ia bersama teman-temannya menjadi tim idiologis yang tak kenal lelah mengkampanyekan dan mensosialisasikan PUMA dan saya selaku calon presma.
Selamat Jalan Orang Baik
Hari ini, sesaat setelah terbangun di pagi hari saya terima pesan whatsApp dari sahabat Hamriani Hamide yang mengabarkan tentang kepergian sahabat seperjuangan.
“Innalillahi wainnailaihi roji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah saudari kita Ernawati Murtala sebelum subuh. Semoga Allah mengampuni segala dosanya, dimudahkan dalam menjawab finah kubur, dilapangkan kuburnya kelak dimasukkan ke dalam surganya Allah serta meninggalkan anak yang Sholehah. Aamiin Allahumma Aamiin ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜”
Saya seeih membaca pesan itu, karena tiba-tiba mendapat kabar duka akan kepergiannya seorang sahabat yang sangat baik dan santun itu.
Selamat jalan kawan, selamat jalan sahabat seperjuangan, selamat jalan orang baik, kami semua kawan-kawanmu di kepengurusan DEMA UIN Alauddin 1999 – 2001 menjadi saksi Oya orang baik. Kami berdoa semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya dan senantiasa mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Amin
Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun ALFATIHAH
Deang Tata, 10 Juli 2024