Kajian Islam Oleh: Syarif Larampang Parawali
Tulisan sederhana ini memang jauh dari kesempurnaan. Namun, membiasakan diri dalam menulis adalah salah satu cara untuk mengasa diri dan meningkatkan pengetahuan untuk menjadi jauh lebih baik.
Pendahuluan
Keistimewaan Bulan Haram dalam Al-Qur’an: Suatu Refleksi Keagungan dan Keberkahan
Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, bagaikan lautan ilmu yang tak terhingga. Di dalamnya terkandung hikmah dan tuntunan untuk kehidupan manusia, termasuk mengenai keistimewaan bulan-bulan haram.
Meskipun Al-Qur’an tidak secara eksplisit menyebutkan nama-nama bulan haram selain Muharram, terdapat beberapa ayat yang secara implisit menandakan keistimewaan bulan-bulan tersebut. Hal ini bagaikan permata tersembunyi yang menanti untuk digali dan dipahami.
Salah satu ayat yang menyinggung tentang bulan haram adalah:
“Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, pada ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Tiga bulan berturut-turut dan satu bulan lagi di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (QS At-Taubah: 36)
Ayat ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa empat bulan haram memiliki kedudukan istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Keistimewaan ini diperkuat dengan hadits Rasulullah SAW yang secara jelas menyebutkan nama-nama bulan haram, yaitu Dzulqa’idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Lalu, apa hikmah di balik keistimewaan bulan-bulan haram ini?
Pertama, bulan-bulan haram menjadi masa di mana umat Islam diwajibkan untuk lebih meningkatkan ketakwaan dan amal shaleh. Pada bulan-bulan ini, pahala atas perbuatan baik dilipatgandakan dan dosa dihapuskan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan empat bulan haram di Mekah. Tiga bulan berturut-turut dan satu bulan lagi di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban. Tidaklah halal berperang pada bulan-bulan tersebut kecuali untuk memerangi orang-orang musyrik yang memerangi kalian. Dan mereka pun tidak boleh memerangi kalian pada bulan-bulan tersebut. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang aku haramkan adalah haram sampai hari kiamat, dan segala sesuatu yang aku halalkan adalah halal sampai hari kiamat.” (HR Bukhari).
Kedua, bulan-bulan haram menjadi masa di mana umat Islam dihimbau untuk lebih banyak bermuhasabah diri dan merenungkan perjalanan hidup mereka. Pada bulan-bulan ini, umat Islam didorong untuk memperbanyak istighfar, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amal shaleh lainnya.
Ketiga, bulan-bulan haram menjadi masa di mana umat Islam diwajibkan untuk menjaga perdamaian dan persatuan. Pada bulan-bulan ini, segala bentuk peperangan dan perselisihan dilarang. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan dan amal shaleh.
Keistimewaan bulan-bulan haram ini menjadi bukti keagungan dan keberkahan yang Allah SWT berikan kepada umat Islam. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam memuliakan bulan-bulan tersebut dengan memperbanyak amal shaleh dan menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Keistimewaan Bulan Haram
Bulan-bulan haram di dalam Islam mempunyai kedudukan yang istimewa. Mereka adalah waktu yang diharamkan untuk melakukan perbuatan kekerasan dan pertumpahan darah, sehingga menciptakan suasana yang aman dan penuh ketenteraman. Umat Islam dapat sepenuhnya fokus pada ibadah dan refleksi diri dalam bulan-bulan ini. Setiap amal shaleh yang dilakukan pada bulan haram akan mendapat pahala yang berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Bulan-bulan ini juga menjadi momen untuk memperdalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Muharram: Bulan Istimewa Penuh Keberkahan
Muharram, sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah, memiliki keutamaan yang khusus, sebagaimana yang diajarkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bulan yang mengawali tahun baru Islam dan menjadi saat yang penting untuk introspeksi mendalam serta perencanaan masa depan yang lebih baik. Di dalam sejarah Islam, Muharram menjadi saksi dari peristiwa penting seperti hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah, suatu peristiwa yang tidak hanya menciptakan sebuah masyarakat baru, tetapi juga menegaskan keberanian dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Keistimewaan Muharram meliputi:
Puasa sunnah pada hari Asyura, tanggal 10 Muharram, yang dihargai dengan pahala besar dan diingatkan oleh Rasulullah sebagai hari untuk menghapus dosa satu tahun yang lalu.
Disarankan untuk meningkatkan amalan ibadah seperti sholat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir.
Muharram merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan solidaritas sosial dan membantu sesama yang membutuhkan, meneguhkan semangat persaudaraan di antara umat Islam.
Menghadapi Muharram dengan Semangat Hijrah
Muharram tidak hanya tentang mengingat peristiwa sejarah, tetapi juga mengenai kesediaan untuk melakukan hijrah secara pribadi dan kolektif. Hijrah bukan hanya perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga perpindahan batiniah dan spiritual yang mengarahkan kita menuju kebaikan yang lebih besar.
Marilah kita memanfaatkan Muharram 1446 H sebagai momentum untuk berhijrah menuju kebaikan yang lebih mendalam. Hijrah dalam ibadah, dalam akhlak, dan dalam kontribusi sosial merupakan panggilan untuk menjadi individu yang lebih baik dan masyarakat yang lebih baik pula.
Penutup
Dengan semangat dan introspeksi yang mendalam menyambut Muharram 1446 H, kita dapat memulai langkah baru yang penuh berkah. Mari kita jadikan bulan ini sebagai titik awal untuk hijrah menuju jalan yang lebih mulia dan lebih penuh keberkahan.
Semangat Muharram, Semangat Hijrah!
1446 H