Potretnusantara.co.id, Gowa, 6 Juni 2024 – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) Universitas Negeri Makassar (UNM) berkolaborasi dengan Mitologi Bumi Sulawesi (MBS) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Trust Issue di Sosial Media dalam Menyikapi Sejarah: Mengungkap Tabir di Balik Perang Makassar”. Acara ini berlangsung di Ballroom D Lantai 2, Gedung Phinisi UNM Makassar pada hari Selasa, 4 Juni 2024, pukul 13.00 WITA.
Seminar ini dibuka langsung oleh Rektor UNM, Prof. Dr. Karta Jayadi, M.Sn. Kegiatan ini merupakan program kerja dari Mitologi Bumi Sulawesi (MBS) yang bergerak di bawah naungan Yayasan Budaya Bugis Makassar (YBBM) yang diberi nama MBS Road To Campus. MBS Road To Campus merupakan salah satu program yang telah disepakati antara MBS dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Seminar ini menghadirkan pemateri Muh. Isra DS selaku Pemerhati Sejarah Budaya Makassar, Aida Gunawan, sebagai pelestari Budaya dan Faisal Andi Saransi Rachmat Kami, S.Sos, Pemerhati Sejarah Budaya Bugis serta dipandu oleh Nursipatma selaku moderator.
Menyikapi Isu Sejarah di Era Digital
Andi Aso Tenritatta, Ketua HMPS Pendidikan Sejarah FIS-H UNM, menyampaikan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh program kerja himpunan untuk mengadakan seminar dengan tujuan menciptakan iklim akademis di kampus yang mampu memfasilitasi diskusi mengenai isu-isu hangat termasuk sejarah. “Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi peserta dalam memperkaya wawasan mengenai sejarah dan budaya lokal,” ujarnya.
Andi Aso berharap seminar ini dapat menjadi wadah untuk memperdalam pemahaman tentang sejarah dan budaya lokal, serta menginspirasi para peserta untuk lebih kritis dalam menyikapi isu-isu sejarah di media sosial.
Mengungkap Tabir Perang Makassar
Muh. Isra DS, selaku pembicara pertama, mengungkapkan bahwa ada tabir yang harus dibuka di balik terjadinya perang Makassar. Berdasarkan fakta sejarah, Isra mengatakan ada dua hal yang menguatkan jika perang yang dicatat dalam sejarah ini patut dipertanyakan kebenarannya.
Pertama belum ada sumber catatan sejarah yang bisa mengungkap siapa tokoh yang gugur dalam perang itu. Kedua, kedua sosok yang bertikai memiliki makam yang berdekatan sehingga ada logika dan fakta yang tidak nyambung kalau dikatakan bahwa kedua tokoh tersebut berseteru dalam skala besar seperti perang Makassar.
Sehingga Isra berharap, sudah sepatutnya saat ini bisa bijak melihat sejarah masa lalu, tidak boleh memahami sejarah sepenggal-penggal karena akan memicu panatisme suku dan agar kita tidak terpecah akibat salah dalam memahami sejarah.
” Bugis dan Makassar itu satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam konsep NKRI, jadi hentikan itu dikotomi bugis makassar karena hanya akan menjadi pemecah belah anak bangsa ” tegas Isra DS yang juga Kordpres KAHMI Gowa ini
Memperkuat Persatuan dan Kesatuan
Faisal Andi Saransi Rachmat Kami, S.Sos, atau yang akrab disapa Pung Mamang menjelaskan bahwa perang Makassar yang terjadi pada saat itu tidak mewakili dua suku yakni Bugis dan Makassar.
Oleh karena itu, Pung Mamang berharap sekat dan antara Suku Bugis dan Makassar yang cukup kencang bergesekan, saat ini bisa diredam bahkan dihilangkan. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi perpecahan di antara anak bangsa.
Gesekan Antar Suku
Aida Gunawan dalam pemaparannya mengungkapkan jika gesekan antara dua suku besar yang ada di Sulsel saat ini memang sangat terasa dan nyata terjadi. Aida juga mengungkapkan bahwa sebagai pelestari budaya, ia belum menemukan perbedaan yang mendasar dari kedua suku itu selain bahasanya.
Sejarah Sebagai Perekat Bangsa
Ashar, selaku PIC MBS Road To Campus, mengatakan acara ini merupakan bagian dari kerja-kerja nyata dari teman-teman di MBS dan HMJPS Pendidikan Sejarah untuk melihat bagaimana sejarah ini bisa dimaknai dengan bijak, dan sejarah kebesaran kita dijadikan sebagai penguat dan pemersatu, bukan sebagai pemecah belah.
Animo peserta seminar ini sungguh luar biasa, jumlah peserta yang hadir melampaui dari target. Peserta yang hadir dalam acara seminar ini dari berbagai kalangan, mulai dari Mahasiswa, guru, dosen hingga para penggiat dan pencinta sejarah. Dalam acara ini, juga ditampilkan tari empat etnis sebagai bentuk penguatan dan pelestarian adat budaya.