Opini

Wamena: Lembah, Kota, dan Masa Depan Papua Pegunungan

×

Wamena: Lembah, Kota, dan Masa Depan Papua Pegunungan

Sebarkan artikel ini

Opini oleh: Ismail Suardi Wekke
Dosen Tamu Pascasarjana UNAIM Yapis Wamena

Potretnusantara.co.id, Wamena, 5 Juni 2024 – Sudah sepekan berlalu, bandar ini tetap saja sejuk. Hujan yang mengguyur sekali
dalam pekan terakhir justru menjadi kesempatan untuk menikmati dinginnya kampung. Aktivitas warga tidak terbatas lagi, sebagaimana saat-saat musibah mendera di tahun 2019.

Kini, semuanya telah berjalan kembali. Bahkan kios-kios buka sampai dinihari.
Itupun tidak lagi dengan jeruji pengaman. Kios terbuka dengan lebar, sementara warga
ada yang bercengkrama dan menikmati malam yang panjang.

    Begitu kata Wamena disebut, maka asosiasi akan begitu beragam. Tempat ini menjadi
    rumah bagi makanan yang enak.
    Buah dan sayur segar yang organik, tanpa pupuk sama sekali. Bahkan seorang warga menyampaikan bahwa arti Wamena sejatinya
    adalah Makanan Enak.

    Sekilas, ini tak terbantahkan. Hidangan sepanjang waktu makan selama di daerah ini,
    tidak pernah ada yang tidak enak. Sebagaimana kata orang Minang, hanya ada dua kategori makanan, enak dan sangat enak.

    Seorang kawan bertanya “yakin bahwa itu organik?”. Penulispun menjawab “iya, 100%”.
    Di kabupaten ini, dan juga wilayah lain yang terkoneksi seperti Lanny Jaya, Bintang,
    dan kabupaten di Papua Pegunungan, satu-satunya alat transportasi dari luar
    hanyalah pesawat.

    Dengan pesawat itu, baik angkutan komersil, maupun charter atau penugasan
    pemerintah, tidak mengangkut sama sekali pupuk jenis apapun. Sehingga tanaman
    yang ada di lembah, dan ladang serta lahan warga, tidak seincipun yang mendapatkan
    siraman pupuk, kecuali yang organik dan diproduksi sendiri oleh warga bersama
    dengan penyuluh pertanian.

    Dalam kesempatan yang lain, seorang kolega berusaha meyakinkan diri bahwa
    transportasi tunggal menuju ke Wamena dengan pesawat saja. Sehingga tetap
    mengherankan bagi kawan itu ketika melihat semua kendaraan mulai dari sepeda,
    sampai ke mobil yang kesemuanya diangkut dengan pesawat.

    Namun, bukan itu saja. Kota ini, sebagaimana dengan seluruh pelosok Tanah Papua,
    juga menjadi rumah bagi kebersamaan dalam pendidikan. Yapis, telah bergerak sejak
    lama. Sebagai contoh saja, untuk Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena, tahun ini
    merayakan 25 tahun pendirian.

    Belum lagi, sekolah dasar, sekolah menengah, dan kejuruan, telah didirikan, dan tetap
    dijalankan Yapis bersama warga lainnya. Sekolah Yapis, tidak hanya menerima
    masyarakat muslim saja, tetapi semua usia wajib belajar, tetap diterima sebagaimana
    menerima warga muslim.

    Kota Wamena, ibu kota kabupaten Jayawijaya yang juga menjadi ibu kota provinsi
    Papua Pegunungan yang terbentuk sejak perpanjangan otonomi khusus Papua
    melalui perubahan kedua UU Otsus yang ditetapkan 2021.

    Kata lain untuk yang juga digunakan untuk menunjukkan Wamena adalah Baliem.
    Terletak di lembah pegunungan, sehingga kerap disambung menjadi Lembah Baliem.
    Di sepanjang lembah inilah, suku Dani menjalaninya sebagai komitmen keindonesiaan.

    Ada satu tempat yang diberi nama Soekarno. Sebagai tanda bukti sejak Bung Karno
    berpidato di Jayapura yang dinamakannnya Kota Baru, juga dirayakan di Wamena.
    Bahkan sejak itu pulalah putra-putra Wamena menjadi “duta” bagi Papua.

    Mereka diantara urusan kafilah Indonesia untuk tilawatil quran ke berbagai negara.
    Begitu pula tak pernah alpa untuk turut menyumbang bagi pemain sepakbola tim
    nasional. Sekaligus peraih medali di tingkatan permainan olahraga, sekalipun itu
    olimpiade.

    Akhirnya, Wamena dapat menjadi sebuah episentrum. Baik dalam budaya, dan juga
    aspek lainnya. Untuk sarana dan layanan pendidikan di Papua Pegunungan, sejauh ini
    Wamena menjadi tempat yang juga layak untuk dipilih. Akreditasi, dan atribut
    penjaminan mutu lainnya juga sudah dipenuhi, dan mencapai standar nasional
    sebagaimana dengan tempat lain di seluruh Indonesia.

    Masa depan Papua Pegunungan, dan juga Indonesia, ditopang melalui kota ini.
    Sehingga keberadaanya akan menjadi instrumen dalam pemajuan semua aspek
    kehidupan berbangsa. Termasuk, dalam kaitan dengan kopi, Wamena juga menjadi
    penyumbang kopi terenak di dunia.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Translate »