Oleh: Syamsul Bahri
Dosen/Direktur Insting Institute
PESTA demokrasi di Indonesia pada 27 November 2024 telah kita lalui dengan seksama.
Seluruh masyarakat menaruh perhatian dan harapan dengan proses tersebut yang dinamai Pilkada Serentak 2024, Pemilihan Kepala Daerah baik tingkat kabupaten, kota, maupun provinsi.
Dari hasil Pilkada tersebut terpilih gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota, meski dari hasil tersebut ada yang menerima dan ada yang belum menerima dengan melakukan gugatan hasil Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK).
Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya 14 Februari 2024, telah berlangsung pula pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan anggota legislatif (DPR, DPRD, DPD). Pemilihan secara demokratis melibatkan seluruh rakyat Indonesia yang telah cukup usia sebagai pemilih oleh KPU.
Hingga pada akhirnya dari pemilihan umum tersebut lahir banyak harapan serta impian rakyat Indonesia bisa menjadi kenyataan di masa kepemimpinan presiden dan wakil presiden terpilih, yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Salah satu impian besar itu adalah mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Indonesia Emas 2045 adalah usia 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang akan mewujudkan visi menjadi negara nusantara berdaulat, maju, dan berkelanjutan.
Untuk mewujudkannya tentu perlu kerja nyata seluruh elemen bangsa dengan memulai dua hal.
Pertama, positif thinking atas rencana pemerintah agar sinergitas atas pusat dan daerah berjalan seirama hingga hilirisasi pembangunan berjalan merata.
Menurut Norman Vincent Peale penulis buku The Power of Positive Thinking mengatkan bahwa “Kesuksesan bukanlah akhir, melainkan awal dari usaha yang lebih baik”. Begitulah seharusnya yang ditanamkan para pemenang Pemilu (Pilpres, Pileg, dan Pilkada) yang telah kita lewati.
Kedua, kritik konstruktif atas segala sesuatu yang telah dilakukan dan dilaksanakan oleh mereka para pemenang.
Bukan lantas kita tutup mata dan telinga ketika mereka melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam memimpin serta mengambil keputusan.
Akan tetapi justru kita ingatkan, tegur, dan kritik mereka dengan cara bijaksana. Tidak menyinggung personal, dan tentunya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar kesalahan tidak terjadi dan terulang terulang.
Mereka yang mendapat kritik juga harus bisa menerimanya dengan baik.
John Maxwell, orator dan penulis AS mengatakan, “Kegagalan (kesalahan-kekeliruan) bukanlah akhir, melainkan awal dari kesuksesan”.
Untuk menjadikan Indonesia Emas 2045, kita mestinya belajar dari kedua cara tersebut, berfikir (positif thinking dan kritik konstruktif) agar supaya apa yang kita cita-citakan bisa diraih. Seperti ungkapan Nabi Muhammad SAW kurang lebih 1.392 tahun lalu, “Barang siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan”. (*)