Makassar – Potretnusantara.co.id – Perhimpunan Mahasiswa Bone Universitas Hasanuddin LATENRITATTA (PMB-UH LATENRITATTA) menggelar acara Pelantikan Pengurus bertajuk “Membangun Spirit Budaya: Mappatettong Lise Werena La Tenri Tatta Riompo’na Pangadereng” di Auditorium Prof. A. Amiruddin FK Unhas pada Jumat malam, (27/9/2024).
Kegiatan ini menjadi langkah awal untuk satu periode kepengurusan dengan tema yang mengangkat pentingnya budaya di tanah Bugis, khususnya di Kabupaten Bone.
Acara dihadiri oleh berbagai organisasi daerah Bone di setiap kampus, organisasi daerah dari seluruh Indonesia yang berada di Makassar, serta Dewan Pembina yang terdiri dari tokoh-tokoh Kabupaten Bone dan akademisi Universitas Hasanuddin.
Ketua BPA PMB-UH LATENRITATTA, Adrian Hidayat, dalam sambutannya menyerukan perhatian lebih terhadap budaya Bugis yang mulai terlupakan.
“Masyarakat kini terpapar budaya yang semakin terkikis oleh zaman. Hadirnya teknologi sering dianggap sebagai hambatan, padahal ini adalah tantangan bagi generasi sekarang untuk merespons perubahan dan melestarikan budaya,” ujar Adrian.
Dewan Pembina PMB-UH LATENRITATTA juga menyuarakan kekhawatiran tentang kurangnya perhatian mahasiswa terhadap keberlangsungan budaya. Dr. A. Muh. Akhmar, S.S., M.Hum., mengungkapkan rasa penyesalannya:
“Saya menyesal tidak mengajak anak saya untuk bergabung dalam organisasi ini. Meskipun ia lahir dan dibesarkan di Makassar, ia adalah orang Bone yang seharusnya mendapatkan banyak pelajaran dari organisasi ini.”
Lebih lanjut, Ir. H. Andi Promal Pawi, S.T., M.Si., menekankan pentingnya pengabdian pengurus baru dalam organisasi. Ia mengatakan, “Karakter La Tenri Tatta Arung Palakka sebagai pemimpin teladan harus diikuti. Selain itu, penting untuk memperjuangkan pengangkatan pahlawan perempuan dari tanah Bugis sebagai pahlawan nasional.”
Acara ini diharapkan dapat membangkitkan semangat kebudayaan di kalangan mahasiswa, yang berperan sebagai agen perubahan dan kontrol sosial. Keberlangsungan budaya yang diperjuangkan nenek moyang kita memang terancam oleh perkembangan teknologi. Banyak mahasiswa saat ini terpengaruh oleh tren media sosial, menganggap budaya sebagai sesuatu yang kuno. Padahal, budaya adalah identitas yang harus dipertahankan.
Terutama bagi masyarakat Bugis Bone, penting untuk menyadari beban moral sebagai komunitas beradat yang akan menjadi representasi saat berada di luar daerah. Mahasiswa sebagai generasi penerus memiliki kekuatan untuk menyuarakan dan mempengaruhi masyarakat mengenai eksistensi budaya, baik dalam lingkup kecil maupun internasional.
(Sulfahmi Amir)