Catatan : Muhammad Munir
Terjawab sudah apa yang menjadi alasan Salim Mengga menjadi Cawagub dari SDK dalam kontestasi Pilkada 2024 yang akan dihelat pada 27 November nanti. Dalam Konferensi Pers di Rumah Jonga (5/8), baik Salim maupun SDK mengungkap apa yang melatari paket kedua sosok ini. Alasan fisik menjadi pilihan untuk memposisikan SDK sebagai Calon Gubernur, sementara Salim memilih jadi wakilnya. Hal tersebut dibenarkan oleh SDK dalam sambutannya pada acara yang sama. “Dengan tampilan saya yang begini, apa mungkin saya berani mengatakan pada Pak Jendral, kau jadi wakil. saya?”. Ucap SDK yang diikuti sorakan dari para pendukung yang memadati halam rumah Jonga.
Road Show Politik yang dikemas dalam Konferensi Pers pasangan SDK-JSM ini menjadi penting untuk dicatat, karena sebelumnya banyak yang berfikir tak ingin mendukung JSM karena maju sebagai wakil. Demikian juga tak sedikit yang kecewa pada SDK yang tak beretika menjadikan JSM sebagai wakilnya. Momentum Rumah Jonga ini menjadi jawaban atas sengkarut politik yang melingkupi keduanya. Sekarang tak ada alasan lagi untuk tidak mendukung pasangan ini. SDK – JSM adalah refresentasi amandaran. Mandar itu bukan suku, tapi ia adalah nilai yang dibangun oleh nenek moyang kita dalam Assitalliang Sipamada’ di Luyo. Mumuju adalah Mandar, PUS adalah Mandar, Binuang adalah Mandar. Tak boleh adalagi sekat antara Mandar dengan penutur bahasa yang lain. Terlebih saat ini, kita sudah terbingkai dalam kata Sulawesi Barat.
SDK dan JSM adalah sosok yang ketokohannya tak lagi dipertanyakan. Kita mesti menjadi bagian dari proses pemenangan yang mampu mengedifikasi alasan-alasan untuk mendukung keduanya. Diantara banyak alasan yang bisa jadi pemantik salah satunya adalah rekam jejak keduanya. SDK adalah birokrat yang terangkat jadi PNS 1986 dan banting setir jadi politisi pada tahun 1990. Pentolan Pemuda Panca Marga, Ketua AMPI dan Ketua KNPI itu menyambut takdirnya lewat partai Golkar dan menjadi anggota DPRD Mamuju selama 5 periode hingga menjadi Ketua DPRD Mamuju. Dari tangannya terlahir rekomendasi yang ikut melahirkan Sulbar sebagai propinsi. Tak hanya itu, ia bahkan menjadi Bupati Mamuju selama 2 periode dan kini masih menjabat dan kembali lolos sebagai Anggota DPR RI di Senayan. Menjadi wakil rakyat di Senayan jangan berfikir bahwa jabatan itu ia gunakan sebagai ajang gagah-gagahan. SDK justru menjadi singa dalam berbagai sidang di Gedung Rakyat itu, bahkan tak terhitung program strategis nasional ia giring ke Sulawesi Barat.
Lalu JSM. Siapa yang tak kenal dengan Jendral Salim Mengga?. Ia putra S. Mengga yang memiliki jasa besar terhadap warga Mamuju (baca: Mandar). Pada masa pergolakan (1952-1964) ketika cengkraman Bn. 710 dan DI/TII benar benar memuncak. Ada ribuan warga Mamuju dan sekitarnya yang diungsikan oleh S. Mengga ke Ujung Lero. Tak hanya diungsikan, tapi dihidupi dan dijamin makan meski ia dan pasukannya harus menjadi bajak laut di Selat Makassar dengan menghadang sejumlah kapal niaga pasukan Andi Selle Mattona. Kapal itu dirampok oleh pasukan Mandar Baru demi bertahan hidup dan menghidupi pengungsi.
Salim S. Mengga merupakan putera kedua S. Mengga dari 3 (tiga) bersaudara, yaitu: Syarifah Asia S. Mengga (Almarhumah Istri Prof. DR. Umar Shihab, MA) dan Ir. Aladin S. Mengga (Wakil Gubernur Sulawesi Barat periode 2011-2016). Ketaatan beragama, kewibawaan sikap mandiri dan merakyat menjadi salah satu energi yang dimilikinya. Sikap yang demikian itu adalah perpaduan dari garis keturunan sang kakek (orang tua S. Mengga), bernama Sayyid Muhsin al-Attas dan neneknya Hj. Cilla, seorang bangsawan Mandar dari keturunan Arajang Balanipa Pammarica. Pammarica adalah sosok yang tak saja jadi Raja di Balanipa, tapi juga di Binuang dan Mamuju. Pammarica menjadi Mara’dika Mamuju yang turunannya masih menjadi pemilik trah darah biru di Mamuju. Maka tak heran jika Salim S. Mengga begitu fasih melantunkan ayat-ayat Al-Quran dan taat menjalankan ibadah shalat lima waktu, dan dibanyak tempat ia sering memberikan cerama-ceramah agama dan khutbah shalat ied.
Mayor Jendral yang melekat didepan namanya cukup menjadi bukti bahwa komitmen membangun bangsa dan negara tak perlu diragukan. Ketika menjadi Anggota DPR RI di Senayan, Salim bahkan dikenal sebagai wakil rakyat yang memilih integritas tinggi dan susah diatur. Di Partai Demokrat, jangankan Sekjend, Ketua Umum Demokrat, SBY saja segan pada sosok Jendral yang satu ini.
Inilah pentingnya edifikasi sosok keduanya. Termasuk sikap, karakter dan dedikasi SDK-JSM pada daerah ini layak diedukasi pada simpatisan dan tim secara khusus, bahkan secara umum bagi masyarakat Sulbar.