Opini

SATU TAHUN MULIA MENAHKODAI MAKASSAR

×

SATU TAHUN MULIA MENAHKODAI MAKASSAR

Sebarkan artikel ini

Refleksi Kepemimpinan dan Harapan Baru Kota Daeng

Oleh: Mashud Azikin

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Tanggal 27 November 2024 menjadi titik balik yang tak terlupakan dalam perjalanan demokrasi Kota Makassar. Di hari itu, setelah tiga kali kontestasi panjang yang penuh jatuh-bangun, kerja senyap, doa, dan harapan, pasangan Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham (Mulia) akhirnya menerima amanah besar untuk memimpin Makassar. Kemenangan tersebut bukan sekadar catatan politik, melainkan cerminan aspirasi warga kota yang merindukan arah baru sebuah Makassar yang lebih aman, unggul, inklusif dan berkelanjutan.

Kini, satu tahun telah berlalu. Cukup untuk melihat pijakan awal, namun masih terlalu dini untuk menilai hasil akhir. Dalam rentang satu tahun pertama ini, pemerintahan Mulia mulai menunjukkan fondasi gerakannya: mengonsolidasikan kekuatan, menyusun prioritas pembangunan, dan merancang tata kelola yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat.

Aman untuk Semua, Bukan Sekadar Slogan

Keamanan menjadi elemen dasar kota yang ingin dibangun. Pemerintahan Mulia mengawali tahun pertamanya dengan memperkuat kolaborasi lintas sektor pemerintah, aparat keamanan, dan komunitas warga. Pembenahan ruang publik yang lebih terang, penataan kawasan dengan potensi rawan, serta langkah menghidupkan kembali budaya ronda lingkungan menunjukkan upaya mengembalikan rasa aman pada skala paling dasar: lingkungan tempat orang tinggal.

Lebih dari itu, keamanan juga dimaknai sebagai kejelasan layanan publik. Transparansi anggaran, penataan ulang pelayanan kelurahan, dan pembukaan kanal aduan warga yang lebih responsif adalah bagian dari upaya memastikan bahwa setiap warga merasa terlindungi oleh negara, bukan dibiarkan berjalan sendiri.

Unggul dan Kompetitif di Tengah Persaingan Kota-Kota Besar

Makassar adalah kota yang terus bergerak. Untuk tetap unggul, pemerintah perlu menghadirkan ruang tumbuh bagi inovasi, UMKM, dan ekonomi kreatif. Dalam tahun pertamanya, Pemerintahan Mulia mendorong penguatan digitalisasi layanan publik serta membuka lebih banyak ruang kolaborasi bagi pelaku usaha lokal.

Di sektor pendidikan dan kesehatan, beberapa langkah awal terasa: peningkatan kualitas sekolah berbasis partisipasi masyarakat, serta penguatan layanan kesehatan primer yang lebih merata. Meskipun masih banyak pekerjaan rumah, arah kebijakannya menunjukkan tekad untuk menjadikan Makassar kota yang tidak hanya besar secara angka, tetapi unggul secara kualitas.

Inklusif: Menempatkan Semua Warga di Lingkaran yang Sama

Satu hal yang sering luput dalam pembangunan kota adalah kehadiran warga yang jarang terdengar suaranya: perempuan, penyandang disabilitas, kelompok marjinal, dan warga pinggiran. Pemerintahan Mulia mencoba membuka jalur itu dengan memperluas ruang dialog dan melibatkan komunitas dalam perumusan program.

Inklusivitas juga hadir dalam bentuk yang lebih sederhana: memastikan layanan dasar sampai ke lorong-lorong sempit, tempat sebagian besar kehidupan kota ini berlangsung. Melalui program-program pembenahan lorong, pemberdayaan komunitas, dan penguatan ekonomi mikro, upaya menghadirkan rasa memiliki bagi seluruh warga mulai terbangun.

Berkelanjutan: Melihat Makassar dengan Kacamata Lima Tahun ke Depan

Pembangunan berkelanjutan menjadi tantangan besar bagi kota pesisir seperti Makassar. Krisis iklim, banjir rob, kenaikan suhu, dan persoalan sampah adalah isu yang tidak bisa ditunda. Dalam setahun ini, pemerintah mulai menyusun kerangka kerja pengelolaan lingkungan yang lebih holistik: mulai dari tata kelola sampah, perbaikan drainase, penanganan kawasan pesisir, hingga kolaborasi dengan komunitas lokal dalam gerakan lingkungan.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak lagi sekadar tentang membangun fisik, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekologi, sosial, dan budaya kota.

Awal dari Jalan Panjang Lima Tahun

Satu tahun pertama pemerintahan selalu menjadi fase penyusunan pondasi. Apa yang dilakukan belum sepenuhnya mencerminkan hasil akhir, tetapi cukup untuk menandai arah. Pemerintahan Mulia dengan tegas menyampaikan bahwa kemenangan mereka bukan milik pasangan kandidat, melainkan milik seluruh masyarakat Makassar.

Komitmen untuk bersatu, saling menguatkan, dan membangun kota bersama adalah pesan yang menegaskan bahwa kepemimpinan hari ini bukan tentang dua orang di kantor balaikota, melainkan jutaan warga yang bahu-membahu menjaga kota.

Makassar sedang menapaki babak baru. Dan perjalanan lima tahun ke depan akan menjadi pembuktian apakah fondasi yang diletakkan di tahun pertama ini mampu membawa kota ini menjadi lebih manusiawi, lebih tangguh, dan lebih maju.

Satu tahun sudah berlalu dan pekerjaan besar baru saja dimulai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *