Opini

Pemanfaatan Pekarangan Kantor (P2K): Swadaya Teduh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Takalar

×

Pemanfaatan Pekarangan Kantor (P2K): Swadaya Teduh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Takalar

Sebarkan artikel ini

Oleh: Herman Sijaya

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Di sebuah sudut senyap Kota Takalar, di halaman kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan yang biasanya hanya diisi kendaraan dinas dan pohon-pohon tua, kini tumbuh semangat baru. Sebuah kebijakan kecil, sederhana, tapi bermakna besar. Penulis menamainya “Pemanfaatan Pekarangan Kantor (P2K)”. Sebuah gerakan swadaya yang lahir bukan dari surat edaran pusat, bukan pula dari proyek bernilai besar, melainkan dari kesadaran bahwa perubahan bisa dimulai dari pekarangan sendiri.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Takalar memulai P2K dengan satu cita-cita: menjadikan kantor sebagai ruang hidup. Bukan hanya ruang kerja, tetapi juga tempat belajar, tempat tumbuh, bahkan tempat ngopi teduh di tengah aktivitas birokrasi yang kadang kaku. Vokasi, Literasi dan tentu, kebermanfaatan yang berkelanjutan.

Ayam Kampung dan Pohon Pepaya

Di belakang kantor, petak-petak tanah yang dulu terabaikan kini menjadi kandang sederhana yang bersih dan tertata. Di sanalah puluhan ekor ayam kampung tumbuh sehat. Suara kokok mereka tiap pagi menjadi alarm alami yang membangunkan semangat kerja para pegawai. Bukan sekadar beternak, tetapi menjadi wahana edukasi bagi masyarakat. Setiap Jumat, kantor ini menerima kunjungan dari mahasiswa, bahkan kelompok tani dari pelosok kecamatan.

Di sekeliling kandang, tumbuh subur tanaman-tanaman lokal: pepaya, indigofera, lamtoro, kangkung, daun ubi jalar dan daun kelor. Semua bukan tanaman hias, tapi pakan alternatif yang ditanam dengan niat baik. Selain menekan biaya pakan, ini juga jadi bahan ajar langsung bagi siapa saja yang ingin tahu: bahwa ketahanan pakan bisa dimulai dari halaman rumah sendiri.

Gazebo dan Cangkir Kopi

Di pojok pekarangan, berdiri sebuah gazebo konvensional dengan tiang-tiang kayu kelapa dan atap rumbia. Sederhana, tapi meneduhkan. Di sinilah pegawai kerap bertukar pikiran sambil menikmati kopi. Terkadang ada diskusi serius tentang vaksinasi ternak, kadang pula hanya obrolan ringan soal hasil panen telur-telur ayam kampung.

Namun sesungguhnya, gazebo ini lebih dari sekadar tempat ngopi. Ia adalah simbol baru: tempat tumbuhnya ide-ide kecil dari akar rumput, tempat terbangunnya kebersamaan lintas generasi dan jabatan. Anak-anak muda magang duduk berdampingan dengan pejabat senior, belajar bukan hanya lewat buku, tapi lewat cerita dan praktik.

Dampak yang Terasa dan Harapan yang Bertumbuh

Dampaknya mulai terasa. Kantor kini lebih hidup, pegawai lebih peduli lingkungan, dan masyarakat lebih dekat dengan dinas. Tak ada lagi sekat kaku antara birokrat dan rakyat. Semua bergabung dalam semangat swadaya yang merawat bumi.

Lebih jauh lagi, P2K telah menjadi model awal integrasi vokasi peternakan dan pertanian dalam pendekatan yang menyentuh langsung praktik lapangan. Generasi muda Takalar mulai melirik beternak ayam kampung bukan sebagai pekerjaan ketinggalan zaman, tetapi sebagai peluang usaha yang menjanjikan—terutama ketika dipadukan dengan ekonomi digital.

Dari Pekarangan Menuju Masa Depan Takalar

P2K ini bukan hanya eksperimen lokal. Ia menjawab tantangan besar: bagaimana visi “Takalar Maju dan Berdaya Saing melalui Ekonomi Digital” diterjemahkan ke level paling dasar—pekarangan kantor.

Dengan sentuhan teknologi sederhana, para petugas kini mulai mendokumentasikan pertumbuhan ayam, panen tanaman pakan, hingga biaya operasional. Data itu diolah dan dipublikasikan di media sosial resmi dinas. Bahkan, dalam waktu dekat, direncanakan platform digital untuk membagikan edukasi dan menjual hasil ternak secara daring. Ini bukan mimpi, tapi proses nyata menuju digitalisasi vokasi peternakan.

Bertumbuh Bersama Tanah Sendiri

Mereka yang pernah menganggap kantor sebagai tempat kerja formal kini melihatnya sebagai tempat bertumbuh. Bertumbuh bersama ayam kampung, bersama daun katuk, bersama semangat gotong royong. Di bawah gazebo itu, cerita-cerita sederhana lahir: tentang pegawai yang belajar menyuntik vaksin ayam, tentang mahasiswa yang menulis skripsi dari kebun kantor, hingga anak-anak petani yang mulai berani bercita-cita menjadi teknopreneur di bidang peternakan.

Bupati dan Wakil Bupati Takalar telah menyemai visi besar. Dan P2K adalah benih kecil yang menanggapi visi itu dengan rendah hati tapi pasti. Bahwa dari kantor sederhana di Takalar, masa depan bisa dimulai. Masa depan yang maju, berdaya saing, dan tetap membumi.

Dalam pelaksanaannya, P2K menyinari tiga tema besar yang saling menyatu seperti jalinan anyaman bambu:

1. Taman Pekarangan:

Tidak hanya indah, taman pekarangan yang dibangun memberikan fungsi ekosistem kecil. Serangga alami, kupu-kupu, dan burung-burung kecil kembali berdatangan. Suasana kerja pun jadi lebih segar, lebih sejuk, dan jauh dari kesan formal yang kaku.

2. Kebun Pekarangan:

Sebuah mini agrowisata edukatif. Sayuran seperti bayam, kangkung, dan kacang panjang tumbuh berdampingan dengan tanaman herbal seperti serai, kunyit, dan jahe. Kebun ini bukan hanya sumber pangan, tapi juga sumber pembelajaran. ASN belajar bercocok tanam, masyarakat belajar sistem tanam terpadu, dan pelajar belajar soal gizi dan pertanian organik.

3. Beternak di Pekarangan:

Di sinilah denyut program berpusat. Dengan sistem kandang terbuka yang ramah lingkungan, ayam kampung dipelihara dengan pendekatan organik. Tidak hanya ayam, ke depan akan dikembangkan kambing, puyuh, bahkan kolam ikan lele bioflok. Semua dilakukan dengan pendekatan low-cost high-impact.

Akhir Kata: Teduh di Pekarangan, Nyala di Hati

P2K adalah bukti bahwa perubahan tidak selalu harus datang dari gedung tinggi, dana besar, atau proyek luar negeri. Kadang, cukup dari halaman sendiri, dari niat baik yang dijaga bersama.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Takalar mengajarkan kita, bahwa kantor bisa menjadi ladang ilmu, pekarangan bisa jadi panggung inovasi, dan secangkir kopi di bawah gazebo bisa menjadi awal perubahan besar.

Semoga, setiap ayam yang tumbuh, setiap daun yang dipetik, dan setiap anak muda yang belajar di sini membawa Takalar lebih dekat ke masa depan: maju, berdaya saing, dan tak lupa akarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *