Opini

Indonesia Emas 2045: Mimpi Siapa, Kepemimpinan Siapa?

×

Indonesia Emas 2045: Mimpi Siapa, Kepemimpinan Siapa?

Sebarkan artikel ini

Oleh: Andi Massakili
(Cabang Gowa Raya Badko HMI Sulsel)
Peserta Advance Training LK III Badko HMI Sulsel 2025

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – 2045 tinggal dua dekade lagi. Negeri ini akan genap berusia seratus tahun. Seratus tahun merdeka dari penjajahan, tapi belum tentu merdeka dari ketimpangan. Seratus tahun membangun bangsa, tapi belum tentu membangun keadilan.
Kita sering dengar jargon “Indonesia Emas 2045” visi besar yang membayangkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia, negara maju, makmur dan berdaulat. Tapi ada satu pertanyaan yang jarang disorot: siapa yang akan memimpin Indonesia ketika mimpi itu diuji oleh kenyataan?

Kepemimpinan Bukan Sekadar Tongkat Estafet Banyak orang mengira, kepemimpinan tinggal menunggu giliran. Anak muda hari ini, katanya, akan memimpin besok. Tapi realitas tak sesederhana itu. Kepemimpinan bukan soal usia. Ia soal kesiapan. Dan kesiapan itu tidak datang dari warisan, tapi dari proses.
Bonus demografi yang kini kita nikmati adalah peluang sekaligus peringatan. Jumlah anak muda kita sangat besar. Tapi apakah mereka punya ruang, akses, dan keberanian untuk memimpin? Atau justru akan terjebak dalam politik transaksional, budaya selebritas, dan birokrasi tanpa visi?

Antara Bonus dan Beban
Banyak studi mengatakan, bonus demografi bisa jadi berkah bila dibarengi dengan pendidikan berkualitas, lapangan kerja yang luas, dan kepemimpinan yang progresif. Tapi kalau tidak? Maka ia akan berubah menjadi beban demografi: ledakan pengangguran, maraknya populisme dangkal, dan meningkatnya apatisme sosial.

Itu sebabnya, pertarungan menuju 2045 bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tapi soal siapa yang memegang kemudi. Jika yang memimpin adalah generasi yang gagap teknologi, alergi kritik, dan haus kuasa, maka emas hanya jadi mitos. Tapi jika yang memimpin adalah generasi yang inklusif, transformatif, dan visioner maka Indonesia benar-benar bisa mencetak sejarah.

Anak Muda: Antara Simbol dan Subjek
Sudah saatnya anak muda berhenti hanya jadi simbol perubahan. Kita harus jadi subjeknya. Bukan sekadar diajak foto saat kampanye, atau diberi jabatan kosong makna. Tapi benar-benar dipersiapkan sebagai pemikir, pengambil keputusan, dan penggerak masyarakat.
Itu artinya, kampus harus melahirkan lebih dari sekadar sarjana. Organisasi harus membentuk karakter, bukan hanya menumpuk seremonial. Dan anak muda harus berani keluar dari zona nyaman berpikir kritis, membangun komunitas, merumuskan masa depan bersama.

Menuju 2045: Kepemimpinan Apa yang Kita Butuhkan?
Kita tidak butuh pemimpin yang sekadar pandai bicara, apalagi hanya lihai pencitraan. Kita butuh pemimpin yang peka terhadap realitas, berani mengambil keputusan sulit, dan mampu merangkul semua lapisan masyarakat. Kita butuh pemimpin yang tidak hanya menguasai data, tapi juga memahami derita. Bukan hanya menjual narasi “kemajuan”, tapi juga memastikan tidak ada yang tertinggal.

Indonesia Emas Dimulai Hari Ini
Kepemimpinan masa depan bukan dibentuk di tahun 2045. Ia dibentuk sekarang di ruang kelas, di jalanan, di forum diskusi, di ruang-ruang pengabdian. Anak muda yang diam hari ini, tak bisa berharap didengar dua puluh tahun lagi.
Jadi, saat kita bertanya: Indonesia Emas 2045, mimpi siapa? Maka jawabannya harus kita pastikan: mimpi kita. Dan akan dipimpin oleh kita. Dengan visi, nilai, dan komitmen yang tidak bisa dibeli oleh sekadar slogan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *