Opini

Netralitas Pemerintahan Wali Kota Makassar dan Penguatan Politik Akar Rumput Melalui Pemilihan RT/RW

×

Netralitas Pemerintahan Wali Kota Makassar dan Penguatan Politik Akar Rumput Melalui Pemilihan RT/RW

Sebarkan artikel ini

Dr. Syamsul Bahri, M.Si
(Akademisi STAI DDI Makassar)

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Proses pemilihan RT/RW di Kota Makassar yang berlangsung tanpa adanya indikasi intervensi politik dari Wali Kota, Munafri Arifiddin “Appi”, Appi menunjukkan konsolidasi demokrasi yang semakin matang di tingkat lokal.

Ketidakterlibatan pemerintah kota dalam menggiring preferensi politik masyarakat pada pemilihan tersebut menandai absennya polarisasi antara pendukung politik yang pernah terbentuk pada kontestasi Pilkada sebelumnya. Kondisi ini memperlihatkan bahwa proses demokrasi di Makassar bergerak menuju ruang yang lebih sehat, inklusif dan bebas dari tekanan politik elektoral.

Dalam konteks demokrasi lokal, pemilihan RT/RW merupakan arena penting bagi praktik politik akar rumput (grassroots politics) sebuah pendekatan yang menekankan mobilisasi partisipasi warga biasa, bukan dominasi elite politik. Antusiasme masyarakat Makassar dalam mengikuti proses pemilihan RT/RW menggambarkan berjalannya mekanisme demokrasi secara organik.

Masyarakat cenderung memilih figur yang dekat dengan mereka, memahami persoalan lingkungan sekitar, serta menunjukkan kepedulian nyata terhadap kebutuhan komunitas. Pola ini sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi partisipatif, di mana masyarakat diberi ruang untuk menentukan pemimpin komunitas melalui mekanisme langsung dan deliberatif.

Secara teoretis, politik akar rumput menempatkan pemberdayaan lokal sebagai fondasi utama. Gerakan ini menegaskan pentingnya komunitas dalam membentuk arah kebijakan publik melalui partisipasi kolektif dan penguatan kapasitas warga (Hikam, Bangkitnya Gerakan Masyarakat Sipil). Pemilihan RT/RW dalam konteks Makassar menunjukkan ciri-ciri tersebut: proses berjalan dari bawah, dimotori oleh warga, dan tidak dibatasi oleh tekanan struktural dari elit birokrat. Hal ini sejalan dengan praktik demokrasi partisipatif yang banyak dibahas dalam literatur gerakan masyarakat sipil dan politik lokal di Indonesia.

Keberhasilan pemilihan RT/RW yang berlangsung tanpa polarisasi politik juga memperlihatkan pergeseran penting dalam budaya politik masyarakat kota. Jika pada masa lalu dinamika pemilihan lokal acap kali dipengaruhi oleh kontestasi elite, hari ini proses tersebut lebih mencerminkan mobilisasi komunitas yang mandiri.

Politik akar rumput tidak lepas dari tantangan. Kritik terhadap gerakan horizontal tanpa struktur jelas menunjukkan potensi lemahnya keberlanjutan organisasi di tingkat lokal. Namun, dalam konteks Makassar, penyelenggaraan pemilihan RT/RW yang relatif tertib dan partisipatif memperlihatkan bahwa struktur sosial masyarakat urban masih mampu menopang mekanisme demokratis tersebut.

Dengan demikian, pemilihan RT/RW di Kota Makassar saat ini dapat dilihat sebagai salah satu praktik terbaik demokrasi lokal di Indonesia. Netralitas pemerintah kota di bawah kepemimpinan Appi menjadi indikator penting bahwa pemerintahan daerah memahami batas-batas etik dalam proses politik lokal. Pola ini tidak hanya memperkuat legitimasi pemerintah, tetapi juga memperdalam kualitas demokrasi melalui penguatan partisipasi warga di level paling dasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *