Opini

Refleksi Hari Guru 25 November 2025

×

Refleksi Hari Guru 25 November 2025

Sebarkan artikel ini

Adab: Cahaya Sunyi yang Menuntun Ilmu

Mashud Azikin, Pemerhati Sosial dan Pendidikan

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Setiap 25 November, kita kembali merayakan Hari Guru. Tetapi di tengah ucapan selamat, buket bunga, dan unggahan media sosial, ada satu tema yang justru paling penting untuk direnungkan: adab. Sebuah kata sederhana yang perlahan terasa asing di tengah dunia yang serba cepat, serba instan, dan serba bising.

Dalam tradisi keilmuan Islam, Madarijus Salikin menegaskan bahwa adab adalah penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Jika adab dijaga, hidup akan terarah. Jika adab hilang, maka hilang pula arah hidup itu sendiri. Kalimat ini mungkin terdengar kuno, tetapi justru relevan hari ini ketika banyak hal maju, tetapi manusia sering kali tertinggal dalam hal sikap dan tutur.

Adab yang Menghidupkan Ilmu

Adab bukan hanya soal tata krama. Ia adalah pondasi batin yang membuat ilmu menjadi cahaya, bukan sekadar tumpukan informasi. Di ruang kelas, adab tampak sederhana: murid menyimak, guru mengajar. Namun di balik itu ada hubungan batin yang menentukan keberkahan ilmu. Anak yang menghormati gurunya bukan menundukkan akal, tetapi merendahkan hati. Dan hati yang rendah akan lebih mudah menerima pengetahuan.

Sebaliknya, sikap meremehkan guru atau merasa serba tahu justru menutup pintu belajar. Banyak keburukan—baik dalam hidup pribadi maupun sosial—bermula dari sikap yang kehilangan adab. Kita melihat gejalanya di sekitar: keterampilan meningkat, tetapi kesabaran menipis; kecerdasan naik, tetapi tenggang rasa turun. Informasi melimpah, tetapi kebijaksanaan berkurang.

Guru: Penjaga Terakhir Adab

Di tengah gempuran media sosial, banjir konten, dan budaya komentar cepat, guru sering menjadi benteng terakhir pendidikan karakter. Mereka tidak hanya mengajarkan rumus, teori, atau teknis, tetapi menanamkan cara manusia memperlakukan manusia.

Guru mengingatkan bahwa sebelum berbicara, ada baiknya mendengar. Sebelum menilai, pahami dulu. Sebelum marah, tahan diri. Pelajaran seperti ini tidak termuat dalam modul atau silabus, tetapi tertanam dari gerak tubuh, pilihan kata, dan kesabaran seorang guru di depan kelas.

Dan sering kali, justru pelajaran seperti ini yang menghidupkan manusia.

Generasi Muda dan Masa Depan Adab

Kita hidup di zaman ketika anak-anak lebih cepat memahami gawai daripada memahami tatap wajah manusia. Teknologi memang memudahkan, tetapi ia tidak selalu mengajarkan kehalusan budi. Karena itu, peran guru makin penting bukan hanya sebagai pengajar mata pelajaran, tetapi sebagai penjaga arah moral.

Anak yang menjaga adab kepada orang tua dan gurunya, insya Allah, akan tumbuh dengan keberkahan ilmu. Sebab adab adalah akar. Tanpa akar, sehebat apa pun batang dan daun, pohon tetap mudah tumbang.

Refleksi pada Hari Guru

Hari Guru bukan sekadar tanggal. Ia adalah pengingat bahwa pendidikan tak mungkin berdiri tanpa adab. Kita boleh memperbarui kurikulum, meningkatkan kualitas sekolah, atau menghadirkan teknologi terbaru tetapi semua itu tidak ada artinya jika manusianya tidak belajar menghargai.

Karena pada akhirnya, sebagaimana disebut dalam Madarijus Salikin: tak ada kebaikan dunia dan akhirat kecuali diraih dengan adab. Dan tidak ada kebaikan yang hilang dari seseorang kecuali karena hilangnya adab pula.

Selamat pagi.
Selamat Hari Guru.
Semoga guru-guru kita terus menjadi cahaya, dan kita tidak letih menjaga adab agar ilmu kembali menjadi berkah, bukan sekadar prestasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *