Opini

Lebih dari Sekadar Adu Cepat Perahu Sandeq

×

Lebih dari Sekadar Adu Cepat Perahu Sandeq

Sebarkan artikel ini

Oleh: Suhardi Duka

Lebih dari 400 pria pemberani mengarungi lautan dengan 55 perahu layar bercadik khas Mandar, yang dikenal dengan sebutan sandeq. Mereka membelah ombak, menuntaskan empat etape pelayaran dari Pantai Bahari Polewali hingga ke pesisir Pantai Manakarra, Mamuju.

Sementara itu, ratusan warga lainnya turut mengiringi perjalanan tersebut menggunakan kapal bermesin berukuran lebih besar. Dari satu etape ke etape berikutnya, ribuan orang bergerak menyusuri Polewali, Pamboang, Sendana, Deking, hingga akhirnya tiba di Bumi Manakarra.

Sandeq Silumba adalah sebuah perhelatan akbar Sulawesi Barat. Ajang adu cepat perahu sandeq ini selalu berhasil menyedot perhatian masyarakat. Tahun ini, penyelenggaraannya disertai sejumlah sentuhan baru sebagai upaya Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat untuk memastikan kesuksesan sekaligus menjaga kelestarian budaya maritim Mandar.

Sesuai namanya, Sandeq Silumba adalah ajang kompetisi. Sebanyak 55 perahu sandeq bersaing mengadu otot, strategi, dan keterampilan. Mereka mengumpulkan poin di setiap etape, berpacu menuju gelar juara.

Namun, lebih dari sekadar lomba, Sandeq Silumba menyimpan makna yang lebih dalam. Ia merekam semangat masyarakat Sulawesi Barat yang sejak dahulu hidup berdampingan dengan laut. Wajar, karena sebagian besar wilayah kita berada di pesisir Selat Makassar. Laut adalah sumber kehidupan, dan sandeq menjadi simbol identitas serta kebanggaan suku Mandar sebagai bangsa maritim.

Sebagai perahu layar tradisional tercepat di Austronesia, sandeq menyampaikan pesan kuat: hidup manusia tak selalu mulus. Untuk mencapai tujuan, tantangan harus dihadapi. Pelayaran perahu sandeq dengan layar putih bersih seolah menegaskan betapa indahnya jika manusia berjalan seiring dengan kehendak alam.

Selain sarat pesan budaya, Sandeq Silumba juga terbukti menjadi magnet wisata. Ribuan warga dan wisatawan memadati setiap titik etape—dari Pantai Bahari Polewali, Pamboang, Banua Sendana, hingga Deking di Malunda. Di Mamuju, pesisir Pantai Manakarra dipenuhi lautan manusia yang larut dalam kemeriahan budaya maritim Mandar.

Event ini tidak hanya terorganisir dengan baik dan berskala besar, tetapi juga menghadirkan dampak ekonomi positif. Perputaran uang di setiap etape meningkat pesat, menghidupkan UMKM dan pengusaha lokal. Pendapatan masyarakat pun ikut terdongkrak.

Lebih jauh lagi, Sandeq Silumba berperan penting dalam mempererat silaturahmi. Di balik kerasnya kompetisi, tercipta ruang kebersamaan, saling berbagi cerita, dan menjalin interaksi. Inilah wajah asli masyarakat Mandar: ramah, terbuka, dan tanpa sekat.

Bagi saya, Sandeq Silumba bukan sekadar mencari siapa yang terbaik. Semua peserta sudah menjadi pemenang sejak awal mereka berlayar. Mereka adalah pria-pria tangguh dari Tanah Mandar, yang berani menaklukkan lautan dan menghadapi gelombang demi satu pesan tegas: Saya orang Mandar!

Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras: panitia penyelenggara, pemerintah kabupaten Polewali Mandar, Majene, dan Mamuju, pihak swasta, masyarakat, serta terutama para pelaut ulung Mandar, para passandeq peserta Sandeq Silumba tahun ini. Tanpa kolaborasi yang baik, mustahil event luar biasa ini terwujud.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat berkomitmen terus mendukung pelaksanaan Sandeq Silumba di tahun-tahun mendatang. Semoga upaya kita menjadikan event ini sebagai salah satu agenda budaya bertaraf internasional dapat terwujud. Amin. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *