Opini

Narasi Analisis Keracunan pada Manajemen Berbasis Gizi (MBG)

×

Narasi Analisis Keracunan pada Manajemen Berbasis Gizi (MBG)

Sebarkan artikel ini

Perspektif Mahasiswa S2 Ilmu Gizi

Oleh: Firayanti Amelia

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Sebagai mahasiswa S2 Ilmu Gizi yang sedang mendalami mata kuliah Keamanan Pangan, saya memahami bahwa penerapan Manajemen Berbasis Gizi (MBG) tidak hanya menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi, tetapi juga sangat bergantung pada penerapan keamanan pangan pada setiap tahapan penyediaan makanan. Dalam konteks ini, isu keracunan pangan menjadi salah satu aspek kritis yang perlu dianalisis secara komprehensif.

Keracunan pangan merupakan kondisi akut yang terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi bahan kimia, racun alami, atau mikroorganisme patogen seperti Salmonella, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Dalam kerangka MBG, kejadian keracunan dianggap sebagai indikator kegagalan sistem dalam mengendalikan risiko pada rantai pangan. Dengan demikian, meskipun suatu menu telah dirancang memenuhi prinsip gizi seimbang, potensi membahayakan konsumen tetap dapat terjadi apabila aspek keamanan pangan tidak dikelola secara optimal.

Berdasarkan analisis yang saya lakukan, terdapat beberapa titik kritis yang dapat memicu terjadinya keracunan pangan dalam implementasi MBG, yaitu:

Pemilihan bahan pangan yang tidak aman
Bahan pangan yang telah rusak, mengandung residu pestisida berlebih, atau tercemar mikroba patogen dapat menjadi sumber awal kontaminasi.

Praktik pengolahan yang tidak higienis
Ketidakpatuhan terhadap praktik kebersihan, seperti tidak mencuci tangan, penggunaan peralatan yang tidak bersih, atau proses pemasakan yang tidak mencapai suhu aman, dapat memfasilitasi pertumbuhan patogen.

Penyimpanan makanan yang tidak sesuai standar

Penyimpanan pada suhu ruang terlalu lama, proses pendinginan yang tidak tepat, serta pencampuran antara makanan mentah dan matang meningkatkan risiko terjadinya kontaminasi silang.

Distribusi dan penyajian yang tidak terkontrol
Ketidaktertiban dalam proses penyajian, terutama pada institusi berskala besar seperti sekolah, panti, maupun layanan boga, dapat mempercepat kerusakan pangan dan menambah potensi bahaya.

Sebagai calon ahli gizi, saya menyadari bahwa tanggung jawab profesi tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi, melainkan juga melindungi masyarakat dari risiko bahaya pangan. Oleh karena itu, analisis keracunan dalam MBG menjadi dasar penting untuk memastikan bahwa seluruh proses penyediaan makanan mematuhi prinsip-prinsip keamanan pangan, seperti Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), serta Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).

Kesimpulannya, keracunan pangan dalam konteks MBG bukan sekadar persoalan teknis, tetapi merupakan cerminan bahwa pemenuhan gizi harus berjalan seiring dengan penerapan sistem keamanan pangan yang ketat dan berkelanjutan. Edukasi, pengawasan, serta penerapan standar yang konsisten menjadi fondasi utama dalam mencegah kejadian keracunan, sehingga setiap makanan yang disajikan tidak hanya bergizi, tetapi juga aman, bermutu, dan layak dikonsumsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *