Opini

Regenerasi Petani Muda di Kota: Urban Farming dan Gerakan Tanami Tanata’ sebagai Jalan Baru Ketahanan Pangan Makassar

×

Regenerasi Petani Muda di Kota: Urban Farming dan Gerakan Tanami Tanata’ sebagai Jalan Baru Ketahanan Pangan Makassar

Sebarkan artikel ini
Keterangan Gambar: Kegiatan Pelatihan TOT Urban Farming yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (DP2) Kota Makassar dan Universitas Hasanuddin berlangsung pada 12-14 Nopember 2025 di Univeraitas Hasanuddin

Oleh: Mashud Azikin

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Kesadaran mengenai pentingnya regenerasi petani muda kini tidak lagi terbatas pada wilayah pedesaan. Di kota-kota besar seperti Makassar, kesadaran itu mulai tumbuh melalui gerakan Urban Farming dan Gerakan Tanami Tanata’ yang diinisiasi oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin. Kini, pertanian tidak lagi dipandang sebagai aktivitas yang bergantung pada luasnya hamparan sawah, melainkan sebagai inovasi perkotaan lebih ringkas, modern, dan dekat dengan kehidupan masyarakat urban.

Di tingkat nasional, masalah yang sama masih membayangi sektor pertanian: dominasi petani usia lanjut dan minimnya regenerasi petani muda. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa hanya 21,93% petani Indonesia berada di usia 19–39 tahun, atau sekitar 6,18 juta orang. Kelompok usia 25–34 tahun bahkan mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Angka ini memperlihatkan bahwa regenerasi petani muda harus dikejar melalui berbagai pendekatan kreatif termasuk lewat gerakan kota seperti yang dilakukan Makassar.

Di tengah tren tersebut, Kementerian Pertanian mendorong Program Petani Milenial yang mengintegrasikan teknologi modern dan wirausaha agribisnis. Pendapatan petani milenial yang dapat mencapai 15–20 juta rupiah per bulan (Detik) memperlihatkan bahwa ketika pertanian dipadukan dengan teknologi dan peluang usaha, sektor ini mampu menjadi profesi yang menjanjikan. Makassar membaca peluang ini dan menerjemahkannya ke dalam gerakan kota yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat urban.

Urban Farming: Pertanian Modern di Tengah Kota

Urban Farming menjadi wajah baru pertanian di Makassar. Pertanian perkotaan ini bukan sekadar aktivitas menanam di lahan sempit, tetapi sebuah gerakan kolektif membangun ketahanan pangan tingkat kota melalui pola tanam vertikal, pemanfaatan pekarangan, teknologi hidroponik, hingga budidaya organik berbasis lingkungan. Urban Farming memberikan ruang bagi generasi muda kota, yang selama ini jauh dari aktivitas pertanian, untuk kembali dekat dengan dunia pangan tanpa harus meninggalkan gaya hidup urban.

Gerakan ini juga menjawab karakter generasi muda yang menurut Survei Kolaborasi, lebih dari 58,3% ingin menjadi pengusaha atau pebisnis, dan 88% Gen Z–Milenial tertarik pada pengembangan diri (Jakpat). Urban Farming memberi jembatan antara minat berwirausaha dan peluang pertanian modern, membuka ruang agripreneurship baru di kota: budidaya sayur organik, pemasaran melalui e-commerce, bisnis nutrisi tanaman, hingga kuliner berbasis urban crop.

Gerakan Tanami Tanata’: Menghidupkan Ruang Kota, Menyegarkan Ekosistem Sosial

Inisiatif Tanami Tanata’ yang dicanangkan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin menjadi motor penggerak yang memperkuat gerakan pertanian kota. Tanami Tanata’ bukan sekadar program menanam pohon atau tanaman pangan; program ini adalah strategi ekologis yang menggerakkan warga, komunitas, sekolah, dan lorong-lorong kota untuk menjadikan ruang hidup mereka sebagai ruang produksi pangan.

Gerakan ini lahir dari kesadaran bahwa ruang kota adalah ruang hidup bersama—yang harus dipenuhi tanaman produktif, tanaman hias, tanaman obat, hingga tanaman peneduh. Di tangan generasi muda Makassar, Tanami Tanata’ menjadi wadah kreativitas: mereka mengelola kebun lorong, merawat vertical garden, membuat pot hidroponik dari barang bekas, bahkan mendirikan mini laboratorium tanaman di sekolah dan kampus.

Gerakan Tanami Tanata’ memperlihatkan bahwa regenerasi petani muda tidak harus dimulai di pedesaan. Kota dapat menjadi panggung awal, tempat generasi muda belajar tentang ketahanan pangan dari skala terkecil, lalu tumbuh menjadi pelaku agribisnis modern.

Mengatasi Hambatan, Menjawab Stigma

Meski demikian, tantangan tetap hadir. Stigma bahwa pertanian adalah pekerjaan berat dan kurang bergengsi masih melekat. Terbatasnya lahan, akses modal, dan teknologi modern juga menjadi hambatan sebagaimana dicatat Pustaka BPPPSDMP. Namun, melalui Urban Farming dan Tanami Tanata’, hambatan ini mulai terurai. Pertanian di kota tidak memerlukan lahan luas, teknologi bisa diakses dengan biaya terjangkau, dan wirausaha agribisnis semakin mudah melalui platform digital.

Makassar menunjukkan bahwa pertanian dapat tampil sebagai gaya hidup baru—green lifestyle yang modern, kreatif, dan berorientasi masa depan.

Integrasi Minat Anak Muda: Bisnis, Digital, dan Ekologi

Ketika minat anak muda condong ke bisnis, digital marketing, dan pengembangan diri, justru di situlah peluang pertanian perkotaan tumbuh. Urban Farming menyediakan ruang eksplorasi bisnis; Tanami Tanata’ menyediakan ruang kreativitas ekologis; dan teknologi digital menyediakan ruang pemasaran. Ketiganya menjelma menjadi ekosistem yang menarik bagi generasi muda untuk kembali terhubung dengan dunia pangan.

Dengan pendekatan holistik menggabungkan keterampilan teknis tanaman, kewirausahaan, literasi digital, dan pengembangan diri Makassar berpotensi melahirkan generasi petani kota yang inovatif. Mereka bukan hanya menanam, tetapi membangun model agribisnis baru yang berkelanjutan dan adaptif.

Masa Depan Pertanian Indonesia Berawal dari Kota

Pada akhirnya, masa depan pertanian Indonesia tidak hanya ditentukan oleh bagaimana desa bergerak, tetapi juga bagaimana kota-kota besar seperti Makassar memulai revolusi kecil melalui gerakan tanam urban. Urban Farming dan Tanami Tanata’ adalah langkah konkret menjadikan pertanian sebagai gaya hidup modern, jalur karier kreatif, dan peluang ekonomi baru bagi generasi muda.

Dengan melibatkan mereka dalam ekosistem pertanian kota dari lorong hingga ruang publik Makassar menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan sekadar program pemerintah, tetapi gerakan sosial yang hidup.

Regenerasi petani muda kini hadir dari ruang yang mungkin tidak pernah diperkirakan sebelumnya: dari rumah-rumah warga, teras, dinding lorong, lahan kecil di bantaran sungai, hingga kebun komunitas di tengah kota. Dari ruang-ruang kecil inilah masa depan ketahanan pangan bertumbuh.

#ceritainspirasi
Disclaimer: Tulisan ini merupakan ulasan sederhana terkait fenomena bisnis atau industri untuk digunakan masyarakat umum sebagai bahan pelajaran atau renungan. Walaupun menggunakan berbagai referensi yang dapat dipercaya, tulisan ini bukan naskah akademik maupun karya jurnalistik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *