KarierPemerintahanPendidikan

Pemanfaatan Pekarangan dan TOGA untuk Ketahanan Pangan: Kolaborasi Unhas dan Warga Desa Wanio Dukung SDG‘s

×

Pemanfaatan Pekarangan dan TOGA untuk Ketahanan Pangan: Kolaborasi Unhas dan Warga Desa Wanio Dukung SDG‘s

Sebarkan artikel ini

Sidrap, Potretnusantara.co.id– Universitas Hasanuddin melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PPMU-PKM) terus menunjukkan perannya dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan di tingkat akar rumput. Salah satu inisiatif terbaru dilakukan di Desa Wanio, 24/6/202. Kabupaten Sidrap Bantaeng, dalam bentuk kegiatan bertema “Pemanfaatan Pekarangan dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)”.

Program ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin Tahun 2025, dan diketuai oleh Dr. Syamsuar Manyullei, SKM., M.Kes., MSc.PH. Beliau didampingi oleh dua anggota tim, yaitu Dr. Wahiduddin, SKM., M.Kes. dan Nasrah, SKM., M.Kes., yang seluruhnya berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas. Kegiatan ini disusun sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya lokal.

Pekarangan Rumah Sebagai Sumber Pangan dan Obat Keluarga

Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini mengajak warga untuk memanfaatkan pekarangan rumah tidak hanya sebagai ruang terbuka, tetapi juga sebagai sumber pangan dan kesehatan. Masyarakat diperkenalkan pada cara menanam sayuran konsumsi seperti kangkung, bayam, tomat, dan cabai, serta Tanaman Obat Keluarga (TOGA) seperti kunyit, jahe, temulawak, pegagan, dan meniran.Melalui pendekatan praktis dan lokal, warga diajari teknik sederhana untuk menanam di pot, polybag, hingga di tanah langsung, tanpa harus memiliki lahan luas.

Dr. Syamsuar menegaskan bahwa pemanfaatan pekarangan yang produktif akan membantu keluarga memenuhi kebutuhan pangan harian tanpa tergantung pada pasar, sekaligus menjadi solusi kesehatan mandiri di tengah meningkatnya biaya obat-obatan dan pangan.

“Pekarangan bukan sekadar halaman rumah, tapi aset hidup. Dengan sedikit sentuhan pengetahuan dan perhatian, pekarangan bisa menyuplai sayur, obat, bahkan jadi sumber pendapatan,” ujar beliau.

Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari pemerintah desa dan masyarakat turut Hadir langsung dalam kegiatan ini, Kepala Desa Wanio, Muhammad Aziqin, bersama wakil BPD, kepala dusun, dan tokoh masyarakat setempat, kepala desa Wanio menyatakan bahwa program ini menjawab tantangan nyata yang dihadapi masyarakat, terutama dalam menghadapi fluktuasi harga pangan dan terbatasnya akses ke layanan kesehatan formal. Warga menunjukkan antusiasme tinggi, khususnya saat sesi praktik penanaman dan diskusi manfaat TOGA yang selama ini mereka kenal, tetapi belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Beberapa warga mengaku telah lama menanam kunyit dan jahe, namun baru memahami manfaat kesehatannya secara ilmiah setelah mengikuti sesi ini,ungkapnya.

Program ini dirancang agar selaras dengan beberapa poin dari Sustainable Development Goals (SDGs), yakni:

SDG 2 (Zero Hunger): Dengan pemanfaatan pekarangan untuk sayur dan buah, masyarakat desa didorong untuk memiliki ketahanan pangan mandiri.

SDG 3 (Good Health and Well-Being): Penggunaan TOGA sebagai bagian dari pengobatan tradisional membantu meningkatkan kesehatan keluarga secara alami.

SDG 11 (Sustainable Cities and Communities): Program ini memperkuat kemampuan desa untuk mandiri dan berkelanjutan melalui praktik lokal yang bijak.

SDG 12 (Responsible Consumption and Production): Diperkenalkannya pupuk cair dari hasil pembakaran sampah tanpa asap menunjukkan bagaimana limbah bisa kembali dimanfaatkan untuk produksi pertanian.

Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada edukasi teknis, tetapi juga mencakup nilai-nilai keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Integrasi dengan Pengelolaan Sampah Nir Asap Salah satu inovasi penting dalam kegiatan ini adalah pengenalan alat pembakar sampah tanpa asap yang telah dikenalkan sebelumnya oleh tim pengabdi. Hasil dari pembakaran ini tidak dibuang begitu saja, tetapi dimanfaatkan menjadi pupuk cair organik yang digunakan untuk menyuburkan TOGA dan tanaman pangan yang ditanam warga. Dengan pendekatan ini, program tidak hanya menyelesaikan masalah sampah rumah tangga, tapi juga membangun siklus tertutup yang berkelanjutan, dari pengolahan limbah, pertanian rumah tangga, hingga peningkatan gizi dan kesehatan.

Menutup kegiatan, tim pengabdi menyampaikan komitmennya untuk mendampingi warga secara berkelanjutan. Rencana ke depan mencakup pelatihan lanjutan tentang perawatan TOGA, pembuatan pupuk cair organik, serta pengelolaan pekarangan produktif secara kolektif melalui kelompok kader dan tokoh masyarakat.

“Kami tidak hanya ingin kegiatan ini berakhir di pelatihan. Tujuan utama kami adalah melihat warga betul-betul memanen manfaatnya di kehidupan sehari-hari,” jelas Nasrah.

Dengan sinergi antara universitas, pemerintah desa, dan masyarakat, program ini diharapkan menjadi contoh sukses pemberdayaan berbasis lokal yang mendukung ketahanan pangan, kesehatan keluarga, dan lingkungan yang lestari.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program PPMU-PKM Universitas Hasanuddin Tahun 2025, dengan dukungan penuh dari LPPM Unhas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *