Kesehatan

Dinkes Sulbar Genjot 14 Indikator Kunci untuk Percepatan Penurunan Stunting

×

Dinkes Sulbar Genjot 14 Indikator Kunci untuk Percepatan Penurunan Stunting

Sebarkan artikel ini

Mamuju, Potretnusantara.co.id – Upaya percepatan penurunan stunting di Sulawesi Barat kembali menjadi perhatian serius. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar mendorong optimalisasi intervensi spesifik dan sensitif melalui pendampingan indikator Sulbar Sehat di Puskesmas Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Kamis (28/8/2025).

Kegiatan ini melibatkan jajaran Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten, hingga puskesmas yang menjadi pembina desa lokus stunting. Tujuannya, memastikan 14 indikator intervensi pencegahan stunting dapat berjalan lebih efektif di lapangan.

Dalam kegiatan tersebut, sejumlah persoalan mencuat, di antaranya rendahnya capaian pemberian ASI eksklusif meskipun program konseling menyusui melalui Mother and Child Assistance (MCA) telah berjalan. Selain itu, kelas ibu hamil dinilai belum maksimal karena kurangnya keterlibatan petugas gizi dan promosi kesehatan.

Kendala lain juga ditemui pada program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal serta ketersediaan mineral mix yang hingga kini belum tersedia di pasaran.

“Masih ada Posyandu di desa yang bangunannya belum sesuai standar. Perlu dukungan dari pemerintah kabupaten maupun provinsi untuk memperkuat desa dalam menyediakan sarana Posyandu yang layak,” kata Agustina Uta Tabangkalua, Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Sulbar.

Dinas Kesehatan menilai, penanganan stunting tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan. Diperlukan manajemen program yang lebih optimal, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta pemantauan ketat terhadap 14 indikator intervensi spesifik dan sensitif.

Beberapa indikator yang masih perlu percepatan antara lain cakupan ASI eksklusif, imunisasi dasar lengkap, pemantauan pertumbuhan balita, serta konsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja. Sementara indikator lain, seperti skrining anemia pada remaja dan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet tambah darah, sudah menunjukkan perkembangan meski belum mencapai target 2025.

Keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan tersendiri. Bidan dan tenaga gizi harus mengelola berbagai aplikasi, mulai dari Sigizi Kesga, Pelita Kesmas, e-PPGBM, hingga ASIK.

Melalui forum diskusi pasca On the Job Training (OJT), ditemukan pula perlunya advokasi kepada pemerintah desa untuk mendukung penguatan Posyandu serta menjamin keberlanjutan program yang menjadi kewenangan desa.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulbar, dr. Nursyamsi Rahim, menegaskan percepatan penurunan stunting hanya dapat dicapai jika semua pihak terlibat aktif.

“Apapun programnya, Promosi Kesehatan harus selalu menjadi mitra penggerak. Kunci utamanya adalah optimalisasi 14 indikator intervensi spesifik dan sensitif agar kita dapat mencegah munculnya kasus stunting baru,” ujarnya.

Dinkes Sulbar berharap langkah ini dapat mempercepat terwujudnya Sulbar Sehat, Maju, dan Sejahtera sesuai visi Gubernur Sulbar Suhardi Duka dan Wakil Gubernur Salim S Mengga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *