OlahragaPendidikan

Pencak Silat Dinilai Berperan Penting dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa di Kampus

×

Pencak Silat Dinilai Berperan Penting dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa di Kampus

Sebarkan artikel ini

Makassar, Potretnusantara.co.id – Pencak silat tidak hanya dikenal sebagai seni bela diri, tetapi juga memiliki nilai pendidikan, budaya dan pembentukan karakter. Di lingkungan kampus, pencak silat hadir sebagai ruang pendidikan nonformal yang menanamkan kesadaran budaya, identitas kebangsaan, serta pengembangan mental dan spiritual mahasiswa.

Pandangan tersebut disampaikan Ahmad Qodri Al Azis, mahasiswa sekaligus Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci UIN Alauddin Makassar. Ia menilai pencak silat sebagai warisan budaya bangsa yang memiliki posisi strategis dalam dunia pendidikan tinggi.

Adv

“Pencak silat itu bukan hanya soal fisik, tetapi juga pembentukan karakter, pengembangan mental, spiritual, serta pelestarian budaya lokal,” ujar Qodri, Selasa (10/12/2025), melalui keterangan daring.

Menurut Qodri, dosen yang memiliki latar belakang pencak silat serta mahasiswa yang aktif di unit kegiatan menjadi aktor utama dalam menjaga keberlanjutan tradisi pencak silat di kampus. Ia juga menilai masa awal perkuliahan sebagai momentum tepat untuk memperkenalkan pencak silat kepada mahasiswa baru.

“Pada masa orientasi atau awal semester, mahasiswa bisa dikenalkan dengan pencak silat agar mereka mengenal budaya lokal sekaligus menumbuhkan minat dan bakat,” katanya.

Selain sebagai sarana pelestarian budaya, pencak silat juga menjadi alternatif aktivitas fisik di tengah padatnya beban akademik mahasiswa, sekaligus membantu menjaga kebugaran tubuh.

Senada dengan itu, Rahmat, mahasiswa sekaligus peserta pelatih UKM Tapak Suci UIN Alauddin Makassar, menekankan pentingnya nilai etika dan spiritual dalam pencak silat.

“Pencak silat mengandung nilai etika dan spiritualitas yang mampu memperkuat jati diri mahasiswa,” ujarnya, Ahad (14/12/2025), secara daring.

Rahmat menilai integrasi pencak silat ke dalam kurikulum maupun kegiatan kampus dapat membentuk sikap disiplin, kepemimpinan, serta rasa tanggung jawab mahasiswa. Ia juga menyebut pengembangan pencak silat dapat dilakukan melalui berbagai wadah, seperti komunitas mahasiswa, pusat studi pencak silat, hingga kolaborasi dengan perguruan silat di luar kampus.

Menurutnya, festival budaya, kompetisi, serta program pengabdian kepada masyarakat menjadi sarana efektif untuk memperluas ruang aktualisasi pencak silat di lingkungan akademik. Di era digital, pendekatan modern juga dinilai penting untuk menarik minat generasi muda.

“Ketika mahasiswa melihat prestasi dan aktivitas positif dalam pencak silat, akan tumbuh rasa penasaran yang mendorong mereka untuk terlibat lebih jauh,” tambahnya.

Sementara itu, dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar, Dr. Andi Ridwan, M.Pd., menegaskan bahwa pencak silat bukan sekadar olahraga.

“Pencak silat di samping sebagai cabang olahraga yang kini menjadi favorit di Indonesia, juga merupakan bagian dari budaya yang harus dilestarikan,” ujarnya dalam wawancara langsung, Senin (11/11/2025).

Ia menyoroti fenomena pencak silat yang kerap diklaim oleh sejumlah negara lain, meski secara historis berasal dari Indonesia. Menurutnya, integrasi pencak silat ke dalam sistem pendidikan kampus memiliki urgensi tersendiri.

“Kalau kita berbicara bela diri, itu sangat penting. Di samping membangun karakter dan keterampilan, mahasiswa juga dibekali kemampuan untuk melindungi diri,” kata Andi Ridwan.

Ia menambahkan, nilai historis dan filosofis pencak silat menjadi keunggulan yang jarang ditemukan pada cabang olahraga lain. Namun, upaya pelestarian pencak silat di dunia akademik tidak dapat berjalan sendiri.

“Melalui BKMF dan organisasi kemahasiswaan, pencak silat sudah dibina dengan cukup baik, khususnya di kampus olahraga,” ungkapnya.

Kini, pencak silat tidak lagi sekadar aktivitas latihan bela diri di sudut kampus. Ia berkembang menjadi ruang belajar yang hidup, tempat mahasiswa menempa fisik, membangun karakter, serta meneguhkan identitas budaya di tengah dinamika kehidupan akademik yang semakin kompetitif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *