PemerintahanSulSel

Makassar Menjaga Napas Leluhur: Bulan Budaya 2025 Meriah dengan Ritual dan Karnaval Adat

×

Makassar Menjaga Napas Leluhur: Bulan Budaya 2025 Meriah dengan Ritual dan Karnaval Adat

Sebarkan artikel ini

Makassar, Potretnusantara.co.id – Semangat budaya Bugis-Makassar kembali membara di Kota Daeng. Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Kebudayaan menggelar Bulan Budaya 2025, sebuah perayaan warisan leluhur yang sarat makna dan tradisi.

Puncak kegiatan berlangsung meriah pada Kamis (14/8/2025), dihadiri langsung oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, bersama unsur Forkopimda, tokoh masyarakat dan komunitas budaya. Ribuan warga memadati lokasi acara, menandai antusiasme tinggi terhadap gelaran budaya yang semakin mengakar.

Dalam nuansa kebersamaan dan kearifan lokal, puluhan sanggar seni, komunitas adat, serta paguyuban dari berbagai daerah turut ambil bagian. Kehadiran mereka menjadi saksi akan kayanya keberagaman budaya yang tumbuh harmonis di Makassar, kota yang menjadi simpul peradaban di timur Indonesia.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Andi Patiware, menyampaikan bahwa Bulan Budaya bukan sekadar pertunjukan seremonial, tetapi ruang hidup bagi budaya yang diwariskan dari para pendahulu.

“Bulan Budaya ini adalah rangkaian dari 17 Agustus. Kegiatan ini sekaligus menjadi salah satu upaya pelestarian budaya, di mana kita bisa menyaksikan berbagai ritual dan atraksi seni tradisional,” ujarnya.

Dua ritual adat utama menjadi sorotan dalam perayaan ini. Pasili Songkabala, yang dilangsungkan pada siang hari, merupakan bagian dari tradisi tolak bala dalam budaya Bugis-Makassar. Menjelang senja, suasana berubah khidmat dengan pembacaan Barasanji, menandai nuansa spiritual yang kental.

“Malamnya ini, kita akan menutup rangkaian dengan launching museum yang dibuka pada malam hari,” terang Andi Patiware.

Sementara itu, karnaval budaya menjadi magnet tersendiri. Deretan marching band, kelompok seni, dan paguyuban dari berbagai latar belakang turut meramaikan jalur karnaval. Tidak hanya dari Sulawesi Selatan, empat paguyuban asal Bali dan 30 sanggar seni juga turut berpartisipasi, memperkaya palet budaya yang disajikan.

“Karnaval ini bukan hanya tontonan, tapi juga bentuk pelestarian, perlindungan, dan pemajuan kebudayaan di Kota Makassar,” tambahnya.

Menurutnya, kegiatan ini menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga jati diri kota melalui budaya. Tradisi bukan sekadar benda mati di dalam lemari kaca, tapi praktik hidup yang diwariskan dan dijalani oleh masyarakat sehari-hari.

Peluncuran museum malam hari menjadi penanda penting dalam upaya memperluas akses publik terhadap sejarah dan budaya.

“Kami punya target kunjungan sebanyak 27 ribu pengunjung. Museum ini tidak hanya berfungsi mengoleksi dan memamerkan benda bersejarah, tapi juga menjadi ruang kreatif bagi komunitas seni dan budaya,” tuturnya.

Acara ditutup dengan semarak karnaval malam hari yang membanjiri jalan-jalan utama Makassar dengan warna-warni kostum adat, irama musik tradisional, dan semangat kolaborasi antarbudaya. Di tengah gegap gempita, semangat pelestarian budaya terus digaungkan.

“Siapa pun yang ingin berkegiatan positif, baik di dalam maupun di pelataran museum, akan kami fasilitasi,” tambah Andi Patiware.

Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua TP PKK Kota Makassar Melinda Aksa, jajaran Forkopimda, kepala SKPD, camat dan lurah, serta tokoh adat, budayawan dan seniman se-Kota Makassar. Momentum ini tidak hanya menjadi ajang perayaan, tapi juga bentuk penghormatan kepada nilai-nilai kearifan lokal yang terus dijaga dan dilestarikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *