Peristiwa

Ramadan Tanpa Lauk: Perjuangan Hasna Menghidupi Tujuh Anak

×

Ramadan Tanpa Lauk: Perjuangan Hasna Menghidupi Tujuh Anak

Sebarkan artikel ini

Polewali Mandar – Potretnusantara.co.id – Bagi banyak orang, Ramadan identik dengan hidangan lezat saat sahur dan berbuka. Namun, bagi Hasna (41), seorang janda dengan tujuh anak, kenyataan jauh berbeda. Setiap hari, ia dan anak-anaknya hanya bisa menyantap nasi tanpa lauk, sebuah kondisi yang telah menjadi kebiasaan di tengah keterbatasan.

Hasna tinggal di rumah sederhana berukuran 4×7 meter di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman). Rumah kecil itu adalah hasil bantuan swadaya masyarakat, tempat ia berjuang membesarkan anak-anaknya seorang diri setelah ditinggal suami.

Sebagai pekerja serabutan, Hasna tak memiliki penghasilan tetap. Apa pun pekerjaan yang tersedia—baik di ladang, membantu rumah tangga orang lain, atau pekerjaan kasar lainnya ia lakukan demi memastikan anak-anaknya bisa makan.

Namun, Ramadan tahun ini terasa lebih berat dari sebelumnya. Hasna harus berlapang dada saat sahur dan berbuka hanya dengan nasi putih, tanpa lauk apa pun.

“Yang penting anak-anak saya bisa makan, walaupun hanya nasi. Saya hanya bisa berharap ada rezeki lebih agar mereka bisa menikmati makanan yang lebih layak,” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca, Senin (24/3/2025).

Meski begitu, Hasna tetap menjalani hari-harinya dengan penuh kesabaran dan rasa syukur. Baginya, kebahagiaan terbesar adalah melihat anak-anaknya tetap bisa tersenyum meski dalam keterbatasan.

Kepedulian yang muncul di Bulan Ramadan
Kisah Hasna menyentuh hati banyak orang, termasuk Abd. Razak Ismail, seorang penyuluh agama yang bertugas di Kecamatan Mapilli. Setelah mengetahui kondisi Hasna, ia berusaha melakukan penggalangan dana maupun sembako dari para donatur.

“Ketika kita berbagi, bukan hanya mereka yang menerima yang merasa bahagia, tetapi hati kita pun dipenuhi keberkahan. Ramadan adalah waktu terbaik untuk menebar kebaikan, ada sekitar Rp. 6.000.000 yang kami dapatkan dari donatur dan kami serahkan langsung kepada ibu Hasna,” ungkap Abd. Razak Ismail.

Lebih lanjut Abd. Razak menyampaikan bahwa tidak hanya uang tunai yang ia serahkan tapi juga ada beras dan bahan makanan lainnya, untuk meringankan beban Hasna. Namun, perjalanan hidupnya masih panjang, dan uluran tangan dari para dermawan tetap sangat dibutuhkan.

Hasna hanyalah salah satu dari banyak orang yang menghadapi Ramadan dengan perjuangan luar biasa. Kisahnya mengingatkan kita bahwa di sekitar kita masih banyak yang membutuhkan perhatian dan kepedulian.

Setiap kebaikan, sekecil apa pun, bisa menjadi berkah besar bagi mereka yang membutuhkan. Semoga kisah Hasna menginspirasi lebih banyak orang untuk berbagi, karena Ramadan sejatinya adalah tentang saling menguatkan dan memberi makna dalam setiap kebaikan yang kita lakukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *