Opini

Pentingnya Perkembangan Kognitif dan Etika Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

×

Pentingnya Perkembangan Kognitif dan Etika Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

Sebarkan artikel ini

Ditulis oleh: Syarif Larampang Parawali

Opini Publik, Potretnusantara.co.id – Di pagi yang cerah, tanpa disengaja dan tanpa perencanaan, saya berkesempatan bertemu dengan salah satu putra terbaik Soppeng, Mappasessu. Sosok yang sederhana dalam keseharian, namun kaya akan pemikiran dan karya yang layak mendapat apresiasi. Dari pertemuan singkat tersebut lahir tulisan sederhana ini buah dari perbincangan yang singkat namun mendalam.

Manusia, pada hakikatnya, dituntut untuk terus berkembang. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, kita kerap terjebak dalam zona nyaman yang justru menghambat pertumbuhan diri. Refleksi di pagi hari itu menjadi pengingat bahwa kepuasan terhadap pencapaian sementara bukanlah akhir dari perjalanan. Sebaliknya, kita ditantang untuk terus menggali potensi, meningkatkan kapasitas berpikir, serta memperluas wawasan.

Dalam perspektif Islam, pentingnya perkembangan kognitif telah ditegaskan sejak awal. Hal ini tercermin dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Surah Al-‘Alaq ayat 1–5, yang dimulai dengan perintah “Iqra” (Bacalah). Perintah ini tidak sekadar mendorong aktivitas membaca secara harfiah, tetapi juga menjadi simbol perintah untuk terus belajar, berpikir kritis dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pengembangan kognitif bukan hanya tuntutan zaman, melainkan juga amanah spiritual.

Lebih dari itu, tulisan ini juga menyoroti pentingnya etika dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin ideal bukan hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan spiritual. Ia tidak tega melihat rakyatnya kelaparan dan senantiasa mengingat Tuhannya dalam setiap keputusan. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan kondisi kepemimpinan di Indonesia saat ini, yang diwarnai oleh tantangan kemiskinan, ketimpangan sosial, serta krisis integritas.

Sebagaimana disampaikan oleh Mappasessu:

“Pemimpin itu orang yang tidak tega melihat rakyatnya kelaparan dan ia tidak pernah lupa pada Tuhannya,” ungkapanya, Selasa (16/9/2025).

Sosok Mappasessu, S.H., M.H., yang disebut dalam tulisan ini, adalah contoh nyata pribadi yang berhasil memadukan kekuatan intelektual, nilai spiritual dan keberpihakan terhadap keadilan sosial. Sebagai akademisi, peneliti, sekaligus praktisi hukum, beliau tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai keadilan dalam praktik. Gagasannya tentang Teori Hukum Reflektif-Konstelatif Nusantara menjadi bukti nyata komitmennya terhadap hukum yang berakar pada budaya dan kearifan lokal.

Dalam dunia yang terus berubah, tulisan ini ingin mengajak kita semua untuk senantiasa menjadi manusia pembelajar, tidak cepat puas diri dan tetap berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan serta ketuhanan. Sebuah refleksi yang mungkin sederhana, namun penuh makna dan relevansi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Translate »